Headlines News :
Home » » PENGAJARAN NILAI DAN SIKAP MELALUI PEMBUATAN FILM PENDEK “CITO-CITO DIRMAN”

PENGAJARAN NILAI DAN SIKAP MELALUI PEMBUATAN FILM PENDEK “CITO-CITO DIRMAN”

Written By pak dirman on Monday, August 24, 2015 | 5:40 AM

Di Indonesia, masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lain melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Menurut Soerjono Soekanto kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental, maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.[1]
Dalam kehidupan sehari-hari, tidak dapat dipungkiri kita sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri. Namun nilai persahabatan di masyarakat sudah mulai luntur. Anak-anak semakin menjadi pemilih dalam persahabatan. Mereka sudah mulai memilih teman berdasarkan kesamaan minat dan jenis kelamin. Pemilihan teman ini berujung dengan terbentuknya sebuah geng kecil. Geng itu tentu ada yang positif dan ada yang negatif. Yang positif, jika geng itu sendiri punya orientasi kegiatan kreatif dan produktif, seperti mengembangkan hobi dibidang tertentu, maka virus kreatif itu bisa menghasilkan pertumbuhan yang sehat. Problem pemilihan teman di masa dini inilah yang membuat anak-anak jaman sekarang menjadi terlalu egois dan tidak mau bergaul dengan yang lain.
Menurut Fabiola, Dalam memilih teman sekelompok, ada 3 faktor yang mempengaruhi. Pertama, ada kesamaan minat. misal anak suka film kartun Cars maka dia akan mencari teman-teman yang punya kesenangan sama. Anak-anak akan senang bila teman-temannya menjadikan film favoritnya itu sebagai bahan pembicaraan. Kedua, ada sesuatu yang dikagumi anak dari teman-teman dalam kelompoknya. Umpama, ada yang dianggapnya keren sebagai trendsetter, punya sesuatu yang dikagumi, pintar, lucu, dan sebagainya. Faktor ketiga adalah persamaan jenis kelamin. Biasanya anak-anak memilih teman-temannya sesuai dengan jenis kelamin yang sama, anak perempuan dengan anak perempuan, anak laki-laki dengan anak laki-laki. Hal ini dikarenakan anak-anak sudah memiliki kesadaran akan identitas diri seperti aku perempuan dan aku laki-laki.[2]
Hal ini dikarenakan perkembangan teknologi yang semakin maju. Teknologi yang membuat mereka pandai sekaligus membuat mereka menjadi anak-anak yang egois. Teknologi membuat segala sesuatu menjadi lebih mudah menyebabkan anak-anak lebih tergantung dengan alat-alat canggih seperti komputer dan konsol. Kepemilikan dari gadget-gadget tersebut membuat anak-anak hanya mau berteman dengan sesama yang memiliki gadget serupa.
Manfaat dari pertemanan berkelompok ini yaitu dapat mengenal beragam karakteristik teman yang berbeda, memupuk keterampilan berinteraksi sosial. Namun juga ada pengaruh buruknya. Anak-anak dapat meniru perlilaku buruk teman-teman se-gengnya. Hal ini bisa memicu timbunya bullying atau tindak kekerasan dalam pertemanan kelompok itu sendiri maupun pada orang lain diluar kelompoknya.
Untuk mencegah dampak negatif dari pertemanan kelompok ini, penulis mencoba membuat film pendek yang berjudul “Cito-cito Dirman” ditujukan untuk anak-anak guna sebagai pembelajaran nilai-nilai persahabatan. Pembuatan film dengan tema sosial dengan mengangkat kehidupan keluarga kecil yang hidup serba keterbatasan, dan mampu memberi paradigma (pola pikir) kepada masyarakat terhadap kemiskinan tidak dari segi negatif saja. Berdasarkan ide awal tersebut, akan berkembang menjadi sebuah cerita yang menjadi klimaks dengan alur-alur yang diharapkan dapat menyampaikan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya seperti kebahagiaan, tanggung jawab, kejujuran, dan keikhlasan dalam lingkungan keluarga tak mampu sekalipun.
Film pendek “Cito-cito Dirman” mengajak target audience untuk mengikuti sebuah cerita dengan pesan moral yang baik tentang seorang anak bernama Dirman yang mempunyai cita-cita mulia yaitu ingin menjadi seorang guru. Walaupun Dirman menyadari bahwa dia berasal dari keluarga miskin, yang selalu dihina dan dicaci, tapi hal itu tidak menyurutkan semangatnya untuk terus belajar, berusaha dan bekerja, dan pada akhirnya mampu menyadarkan temannya yang egois, menjadi sadar akan sifat buruknya.

[1] Soerjono Soekanto, Sosiologi: suatu Pengantar, Rajawali Press. 1982, hal. 10
[2] Fabiola Priscilla M,Psi. Psikologi Perkembangan, Jakarta: UI. 2012, hal 14
Share this post :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Berbagi Tak Akan Rugi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger